Kelompok 6
Anggota :
Pertanyaan:
1. Mengapa
kelompok memilih games yang demikian, jika dikaitkan dengan mata pelajaran
bahasa Inggris yang dipilih kelompok untuk diajarkan ke anak didik? Mengapa
menggunakan gambar saat menjalankan proses micro teaching?
Kelompok tidak mengaitkan pemberian games
dengan mata pelajaran bahasa Inggris yang diajarkan. Keduanya memiliki tujuan
masing-masing. Dimana, pemberian pelajaran bahasa Inggris sebagai upaya
pemberian tambahan belajar bahasa Inggris selain di sekolah. Selain itu, anak
didik lebih termotivasi belajar bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.
Berbeda dengan tujuan belajar bahasa Inggris, games ini dipilih untuk melatih
kekompakan, bekerja dalam tim, dan kecepatan.
Walaupun ada 2 anak yang sudah duduk di kelas
1 SMP ikut serta dalam kegiatanmicroteaching ini, mereka tidak
merasa risih dengan metode penggunaan gambar saat pengajaran bahasa Inggris
berlangsung. Media gambar sebenarnya cocok untuk anak dari berbagai usia, tidak
hanya untuk anak usia dini saja. Mengajari kosakata bahasa Inggris melalui
media gambar, akan membantu murid untuk lebih mudah mengingat kosakata
tersebut. Misalnya kosakata ‘artist’, anak-anak sebagian besar akan
mengira bahwa artinya adalah artis/aktor, padahal arti sebenarnya adalah
seniman. Dengan adanya gambar seseorang yang berada di depan kanvas, yang
memegang kuas di satu tangan dan memegang piring cat di tangan satunya lagi,
akan semakin mempermudah anak-anak untuk mengingat arti dari kosakata tersebut,
karena otak kanan juga turut berperan di sini.
2. Pada tujuan
dari micro teaching disebutkan bahwa kelompok memotivasi
peserta untuk belajar bahasa inggris, apa realisasinya?
Pada praktiknya, kami memang tidak terlalu
memunculkan bagaimana kami memotivasi secara nyata. Namun, kelompok membuat
pelajaran bahasa Inggris tersebut menjadi sesuatu yang menarik sehingga mind
set mereka yang menganggap kalau Inggris itu tidak seru kita ubah
menjadi pikiran yang menganggap kalau bahasa Inggris merupakan pelajaran yang
menarik untuk dipelajari. Kemudian, untuk anak-anak yang mengganggap kalau
pelajaran bahasa Inggris adalah pelajaran yang terlalu mudah ataupun
menyepelekannya, kelompok berusaha mengubah pikiran tersebut bahwa ternyata
pelajaran bahwa pelajaran bahasa Inggris bukan pelajaran yang sekedar
mengetahui bahasa tanpa arti, atau mengetahui arti tanpa mengetahui
kata-katanya ketika dieja, bahkan dibutuhkan pemahaman yang mendalam sampai
kepada struktur dari sebuah kata, bagaimana cara mengeja, bagaimana ketika dibaca,
kemudian bagaimana bentuknya di dalam kehidupan nyata, sampai bagaimana kata
tersebut menjadi sebuah bagian dari kalimat sampai kepada bagian dari sebuah
percakapan (conversation). Ditambah lagi, kelompok juga memotivasi
peserta dengan terlebih dahulu menyampaikan apa cita-cita mereka dan sesekali
memberikan pujian terhadap cita-cita mereka tersebut.
3. Kelompok
memberi reward ekstra pada anak yang mau menjawab pertanyaan
namun memberinya juga pada anak yang tidak mau menjawab pertanyaan yang kelompoik
anggap itu sebagai cara untuk membujuk. Kenapa kelompok melakukannya? Bukankah
terkesan sama saja?
Kelompok melakukan itu dengan maksud
menunjukkan bahwa ini semua proses belajar yang dialami bersama. Peserta didik
juga tentunya ingin diperlakukan sama karena tidak semua anak berani tampil dan
kami mengerti itu. Namun kembali ke esensi dari microteaching ini
kalau kami hanya membiarkan anak itu terus berdiam diri tanpa mendapatkan
apa-apa, sama saja nol. Maka dari itu, kami berusaha membujuknya dengan cara
memberireward ekstra agar mereka semua bisa belajar bersama.
Pada mulanya, partisipan kegiatan ini berjumlah 8 orang. Sampai di tengah pelajaran (sekitar 20 menit setelah pengajaran berlangsung), ada tambahan 3 orang partisipan lagi. Mereka agak telat bergabung karena harus latihan nyanyi terlebih dulu di lantai atas. Kami meminta mereka untuk maju memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum duduk. Awalnya mereka masih bingung pelajaran apa yang sedang berlangsung. Tetapi tidak sampai 5 menit, mereka sudah mampu beradaptasi dan ikut menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh pengajar.
Kelompok tidak memperkirakan ternyata ada 2 partisipan yang sudah duduk di kelas 1 SMP. Walaupun demikian, kami tetap berusaha untuk menyemangati mereka agar turut aktif dalam kegiatan microteaching ini. Pendekatan kepada mereka dilakukan secara lebih pribadi, misalnya salah seorang anggota (yang tidak sedang mengajar di depan) mendekati mereka satu per satu dan memberi mereka semangat untuk menjawab pertanyaan. Meskipun pada awalnya mereka masih malu-malu, tapi dengan adanya motivasi yang terus menerus dari anggota, akhirnya mereka berani juga untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.
0 komentar:
Posting Komentar