I made this widget at MyFlashFetish.com.

Selasa, 17 Mei 2011

Peran Motivasi Terhadap Calon Peserta SNMPTN


I. Pendahuluan

Perguruan Tinggi khususnya negeri merupakan cita-cita hampir setiap individu yang telah menyelesaikan pendidikan menengahnya. Berbagai jalan ditempuh untuk dapat masuk ke perguruan tinggi favorit masing-masing. Salah satunya dengan mengikuti bimbingan belajar. Para siwa bimbingan belajar mati-matian agar dapat bersaing dengan orang lain dan akhirnya mendapatkan kursi di perguruan tinggi yang diinginkan. Namun tidak hanya usaha yang dibutuhkan untuk dapat mencapai itu semua. Motivasi merupakan salah satu faktor penting untuk dapat meraih sesuatu. Setiap individu pasti memiliki motivasi dalam hidupnya. Karena motivasi adalah salah satu kompas hidup. Adapun topik ini dipilih untuk melihat seberapa besar motivasi dan bagaimana perannya bagi siswa bimbingan belajar untuk dapat lulus di perguruan tinggi favorit mereka.

Landasan Teori

Motivasi adalah proses memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Ada salah satu perspektif mengenai motivasi yaitu perspektif kognitif. Menurut perspektif kognitif, pemikiran seseorang akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif (Pintrich & Schunk, 2002). Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal seseorang untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001).
Dari berbagai jenis perspektif ini pula terbagi 2 jenis motivasi, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Misalnya seorang anak ingin masuk perguruan tinggi negeri karena akan diberi hadiah oleh orangtuanya ketika dia lulus sedangkan kalau dia masuk perguruan tinggi swasta tidak akan diberi imbalan apa-apa. Kemudian motivasi intrinsik merupakan motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Misalnya seorang anak ingin masuk perguruan tinggi karena memang ia ingin suka belajar, pendidikan di SMA masih kurang untuknya. Ada proses kognitif lainnya dalam motivasi yaitu motivasi untuk menguasai.
Anak menunjukkan dua respons berbeda terhadap tantangan atau situasi yang sulit: orientasi untuk menguasai (mastery orientation) atau orientasi tak berdaya (helpless). Orientasi untuk menguasai merupakan pandangan personal yang melibatkan penguasaan atas tugas, sikap positif dan strategi berorientasi solusi. Orientasi tak berdaya yaitu pandangan personal yang focus pada ketidakmampuan personal, atribusi kesulitan pada kurangnya kemampuan, dan sikap negatif.  (Dweck, 2002; Henderson & Dweck, 1990; Dweck & Leggett, 1988).
Kemudian ada yang dikenal dengan self efficacy, yang menurut Bandura yakni keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil positif. Bandura (1997, 2000, 2001) percaya bahwa self efficacy adalah factor penting yang mempengaruhi prestasi seseorang. Self efficacy memiliki kesamaan dengan motivasi intrinsik dan motivasi untuk menguasai. Self efficacy adalah keyakinan bahwa “aku bisa”; ketidakberdayaan adalah keyakinan bahwa “aku tidak bisa” (Stipek, 2002; Maddux, 2002).
Motivasi mengandung komponen sosial. Selain motif untuk berprestasi, murid juga punya motif sosial, diantaranya adalah orangtua dan teman sebaya. Teman sebaya dapat mempengaruhi motivasi belajar anak melalui perbandingan sosial, kompetensi dan motivasi social, belajar bersama, dan pengaruh kelompok teman sebaya. Anak dapat membandingkan dirinya sendiri dengan teman sebaya mereka secara akademik dan social (Ruble, 1983). Dibandingkan dengan anak kecil, remaja lebih mungkin melakukan perbandingan social, walaupun remaja lebih gampang menyangkal bahwa mereka membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain (Harter, 1990). 


Alat dan Bahan
·         Kuisioner
·         Alat Tulis; pensil, pulpen, kertas

Analisa Data
Cara yang dipilih untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan kuisioner. Ada 50 sampel yang diambil secara random untuk penelitian ini.  Kuisioner yang digunakan berisi 15 pernyataan dengan jawaban “ya” atau “tidak” yang merupakan perlambangan dari motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Jawaban-jawaban dari tiap kuisioner akan diperiksa sesuai dengan panduan blueprint yang telah disusun sebelumnya sehingga didapat kesimpulan akhir.

Subjek dan Objek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah 50 orang siswa bimbingan belajar Ganesha Operation Medan yang diambil secara random/acak sedangkan objeknya merupakan motivasi pada masing-masing individu.



Time Table



Uraian
APRIL
MEI
1
2
3
4
1
2
3
4
Pemilihan Topik


X





Perencanaan Kegiatan


X





Pembentukan Objek


X





Pembuatan Kuisioner



X




Pembagian Kuisioner




X



Pengolahan Data





X


Membuat Hasil Penelitian





X


Evaluasi dan Poster





X


Uploading Hasil






X





















Kalkulasi Biaya
·         Fotocopy Kuisioner                : Rp. 10.400,-
·         Transport                                : Rp. 30.000,-
·         Printing                                   : Rp.   5.000,- +
·         Jumlah                                    : Rp. 45.400

II. Pelaksanaan
1.      Pemilihan Topik                      :  3 Mei 2011
2.      Perencanaan Kegiatan             : 5 Mei 2011
3.      Penentuan Objek                    :  5 Mei  2011
4.      Pembuatan Kuisioner              :  6 Mei 2011
5.      Pembagian Kuisioner               : 10 Mei 2011
6.      Pengolahan Data                     : 10 Mei 2011
7.      Membuat Hasil Penelitian        : 12-13 Mei 2011
8.      Evaluasi dan Poster                 : 14-16 Mei 2011
9.      Uploading                               : 17 Mei 2011


III. Laporan dan Evaluasi

Laporan
Setelah data diolah didapatlah suatu kesimpulan. Ternyata motivasi intrinsic lebih mendominasi yaitu sebesar 86% dari keseluruhan koresponden sedangkan sisanya motivasi ekstrinsik yaitu sebesar 14%. Dalam bentuk poster, laporan dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.






Evaluasi
Dari time-table yang sebelumnya telah dirancang memang sedikit menyimpang dengan pelaksanaan di lapangan. Terlambat sekitar 2 minggu. Mulai dari pemilihan topik hingga bagian akhir yaitu posting. Ketika pemilihan topik memang ada sedikit masalah karena perlu pertimbangan-pertimbangan serius untuk menjalankannya ke depan. Sempat terjadi pergantian topic yang menyebabkan keterlambatan selama 2 minggu tersebut namun akhirnya terpilihlah topik ini. Pelaksanaannya pun berjalan mulus karena jadwal pengambilan data telah disesuaikan dengan jadwal kuliah sehingga tidak bertubrukan. Setelah data didapatkan dan kemudian diolah, kelompok membagi tugas Pembagian juga disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Ada yang membuat poster, ada yang menulis pendahuluan, laporan, dan sebagainya sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Kerja sama yang baik dari tiap anggota juga merupakan hal penting dari penyelesaian mini proyek ini.

Testimoni Kelompok

Reza Indah Pribadi (10-014)
Menurut saya selama pengerjaan tugas mini proyek ini sangat melelahkan tapi menarik. Dari tahap perencanaan yang sangat membingungkan. Bingung mau pilih topic mana. Ketika telah dipilih satu ternyata ada kendala, ganti lagi, ganti lagi, hingga akhirnya terpilihlah topic ini, hahaha. Ketika perjalanan untuk mengambil data, terjadi kecelakaan yang membuat sedikit masalah di tengah jalan. Untung sekali yang nabrak mau tanggung jawab. Sesampainya di tempat kami harus “mengemis” izin dari teman-teman di bimbingan belajar. Bagan ini sedikit sulit karena dari pihak bimbel sendiri tidak memperbolehkan kami mask ke kelas. Kami hanya diperbolehkan mengambil data di luar kelas tapi masih dalam lingkungan bimbel tersebut.  Banyak yang tidak peduli, karena masih asyik dengan soal-soal dari tutornya. Ada juga yang sepertinya melihat kami seperti penjahat atau anggota NII. Karena ketika membagikan kuisioner wajah mereka begitu ketakutan, hahaha. Ada salah seorang tutor yang ikut sharing dan berbagi cerita degan kami. Dia juga bertanya-tanya bagaimana psikologi itu, tentunya kami juga berbagi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan psikologi dengannya. Semapt kami bingung karena kuisioner yang kembali pada kami hanya 45 kemudian tiba-tiba salah seorang dari mereka datang dan mengembalikan sisanya pada kami. Huh, sukurlah. Bagian yang paling seru sebenarnya adalah ketika melihat hasil dari angket. Hasilnya sangat bervariasi dan sangat menarik untuk diteliti. Yah begitulah beberapa testimoni dan pengalaman selama menjalani tugas proyek yang dapat saya tuliskan disini. Terima kasih.

Annisa Hazrina (10-030)
Proyek ini awalnya terlihat sulit sebelum dikerjakan melihat jangka waktunya yang begitu panjang, sepertinya tugas ini memang tidak gampang. Tapi pelan-pelan dikerjakan ternyata tidak begitu sulit, kok. Malah asyik. Dengan teamwork juga saya rasa tugas mini proyek ini benar-benar merangsang minat belajar dimana terdapat banyak rintangan mulai dari rasa jenuh dalam mengerjakan, dan lain-lain. Tapi lewat teamwork itu juga saya mendapat solusinyamelihat 2 orang lagi yang masih semangat saya jadi merasa malu kalau saya tidak berbuat apa-apa. Maka itulah saya kembali bersemangat untuk segera menyelesaikan tugas mini proyek ini. Over all, tugas ini menantang dan menyenangkan walau ada kalanya semangat turun drastic, tapi dengan kekompakan teamwork akhirnya mini proyek ini selesai. Terimakasih untuk Reza dan Agita sebagai teman satu team saya, kepada bu Dina sebagai pembimbing, dan seluruh pihak yang sudah membantu J.

Agita Sarah (10-114)
Saya rasa mini proyek ini sangat seru mulai dari awal hingga akhir. Cuaca yang baik selama pengambilan data mempercepat proses penelitian ini. Tentunya sangat menarik untuk melihat motivasi seseorang yang sedang dagdigdug untuk mengikuti SNMPTN karena dulunya kita semua tentu mengalami hal yang sama. Bimbel setiap hari dari pagi sampai sore, weekend masih ada try out atau simulasi. Itu sebabnya kami mengalami sedikit kesulitan meminta kesedian teman-teman bimbel untuk untuk mengisi angket karena masih asyik dengan pelajaran. Namun kami sangat berterima kasih pada mereka semua karena pada akhirnya bersedia menjadi sampel kami dalam penelitian ini. Itulah suka dukanya selama melakukan penelitian ini. Tapi tentunya ini masih belum apa-apa disbanding tugas proyek yang sesungguhnya apalagi skripsi. Semangat!!

Daftar Pustaka
Santrock, John W. (2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana

Selasa, 10 Mei 2011

Apa Pengertian Andragogi dan Apa Perbedaanya Dengan Paedagogi?

Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dariJerman, di tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles (24 April 1913 -- 27 November 1997).
Andragogi berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengarahkan orang dewasa dan berbeda dengan istilah yang lebih umum digunakan, yaitu pedagogi yang asal katanya berarti mengarahkan anak-anak.
Teori Knowles tentang andragogi dapat diungkapkan dalam empat poin sederhana:
1.     Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar).
2.     Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
3.     Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
4.     Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).
Istilah andragogi telah digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara pendidikan yang diarahkan diri sendiri dengan pendidikan melalui pengajaran oleh orang lain.
Malcolm Knowles menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang belajar selama ini adalah merupakan kesimpulan dari berbagai kajian terhadap perilaku kanak-kanak dan binatang percobaan tertentu. Pada umumnya memang, apa yang kita ketahui kemudian tentang mengajar juga merupakan hasil kesimpulan dari pengalaman mengajar terhadap anak-anak. Sebagian besar teori belajar-mengajar, didasarkan pada perumusan konsep pendidikan sebagai suatu proses pengalihan kebudayaan. Atas dasar teori-teori dan asumsi itulah kemudian tercetus istilah "pedagogi" yang akar-akarnya berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Kemudian Pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai "suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak". Akhirnya pedagogi kemudian didefinisikan secara umum sebagai "ilmu dan seni mengajar". 

Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu empat perbedaan mendasar, yaitu : 


1. Citra Diri 


Citra diri seorang anak-anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Perubahan dari citra ketergantungan kepada orang lain menjadi citra mandiri. Hal ini disebut sebagai pencapaian tingkat kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Dengan demikian, orang yang telah mencapai masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak. Dalam masa dewasa ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal hubungan antara guru dan murid. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan bersifat mengarah. 

2. Pengalaman 


Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali.Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti ; ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi, permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar. 


3. Kesiapan Belajar 


Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai fasilitator. 


4.  Waktu dan Arah Belajar 


Pendidikan seringkali dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan "dimana kita sekarang" dan "kemana kita akan pergi", itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka belajar dalam pendekatan andragogi adalah berarti "memecahkan masalah hari ini", sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu waktu kelak.