I made this widget at MyFlashFetish.com.

Sabtu, 05 Maret 2011

Cerpen-Tell It, Babe

“Ricky Adryan Prayoga…”
            Kulihat cowok bertampang ganteng itu menaiki podium. Ini adalah hari kelulusan Global Indo International High School. Tak bisa aku berpaling melihatnya. Melongo nggak jelas singkatnya. Baik, ramah, pintar, argh….. Hampir sinting aku dibuat cowok Indonesia tulen ini. Yang membuat aku tak bisa melupakannya adalah… dia tetanggaku. Kamar kami berhadapan. Aku bisa melihatnya dari jendela kamarku setiap saat. Kami selalu berkomunikasi lewat kertas gambar besar. Menuliskannya sebesar mungkin sehingga dapat terbaca pada jarak 5 meter.
            “Chloe Miklotov,” namaku dipanggil kepala sekolah. Aku masih belum sadar dari alam mimpiku. Membayangkan aku menikah dengannya suatu hari nanti, hehe.. “Chloe Miklotov,” aku semakin terperosok ke alam tak jelas. Memejamkan mata. “Chloe Miklotov,” aku tersadar ketika Ricky menyikutku sambil kembali ke tempat duduknya semula. Sambil menaikkan kacamata minusku yang melorot, malu-malu aku naik ke podium. Setelah mendapatkan ijazahku, kusalami semua guru yang ada disana. Tak sanggup rasanya membendung air mata ini. Ku peluk dua guru yang sangat berpengaruh dalam diriku. Guru bahasa Rusia, Mrs. Gagarin Oxalanova dan guru bahasa Perancis, Mr. Louise Claude. Bisa dibilang aku anak emas mereka berdua. Aku keturunan Rusia-Perancis. Masa kecilku kuhabiskan di Bordeaux, Paris, dan Moscow. Sehingga aku fasih kedua bahasa itu. Kami pindah ke Indonesia ketika aku akan masuk SMA.
            Setelah itu aku turun dan tiba-tiba Ricky menjabat tanganku sambil memberi ucapan selamat. “Lagi-lagi kamu jadi yang terbaik di kelas bahasa, selamat ya”. Perasaanku masih campur aduk. Aku masih belum mengerti apa maksudnya. “Apa??”, seruku seraya menyeka sisa-sisa air mata di podium tadi. “Iya, kamu tadi bengong. Mungkin nggak dengar ya?? Kanselor Shepard bilang nilai kamu yang tertinggi di kelas bahasa”,sambungnya. “Yah, terbaik dan juga teraneh di kelas bahasa”, aku menimpali sambil tersenyum.

* * *

            Selasa malam, aku sedang sibuk dengan laptopku. Sambil melahap croissant dengan butterscotch aku melihat apakah permintaan beasiswaku ke Universite de Paris diterima. Aku akan mengambil jurusan sastra Prancis disana. Oh Tuhan, aku tak bisa membayangkannya jika aku diterima. Menguasai banyak bahasa sudah menjadi impianku sejak masih kecil. Tapi itu juga berarti aku akan meninggalkan pangeranku, Ricky. Dia bilang akan menetap di Indonesia. Kuliah di Universitas Indonesia mengambil jurusan hukum.
            Sambil melongo di depan laptopku, sesekali kulihat ke kamarnya. Masih kosong. Tidak seperti biasanya. Tiba-tiba dia masuk ke kamar membanting pintu sambil memegang telepon genggam di telinganya. Sepertinya dia sedang berkelahi lewat telepon dengan seseorang. Mondar-mandir tak jelas sambil melihat ke bawah seperti pemulung mencari sampah. Dia matikan telepon genggamnya dan mencampakkannya ke tempat tidurnya.
            Aku sudah lupa pada laptopku. Langsung ku sambar alat komunikasi khusus kami berdua.

Ada apa?? (kalau boleh tahu) J

Aku sudah capek berpura-pura.. L

Sorry..

            Kemudian dia membalas dengan senyumnya yang khas dan hampir membuatku meleleh. Dia menggeser tirai kamarnya sehingga aku tidak bisa melihatnya lagi. Ah menyebalkan. Ini pasti ulah pacarnya, si wanita jalang pirang berdarah murni Amerika itu, Michelle Smith. Cewek paling populer di sekolah kami. Ketua ekskul cheerleader. Kalian pasti tahu bagaimana cewek-cewek yang ada di klub itu. Serba sempurna (menurut mereka). Harus kuakui, dia memang cantik, pintar, kaya, tapi ada satu kekurangannya, sombong. Setiap kali berjalan dagunya tidak pernah turun. Selalu saja diangkat. Aku sangat senang ketika dia menginjak kotoran kucing di halaman belakang sekolah tempo hari. Chumley dari klub mading mengabadikan momen gila itu. Dia menempel fotonya di mading. Seisi sekolah jadi tahu kejadiannya.
            Aku tahu sebenarnya dia tidak terlalu suka sifat-sifat pacarnya itu. Tapi mau bagaimana lagi. Michelle suka mengatur dan egois. Oh Ricky, seandainya kau tahu kalau akulah satu-satunya cewek yang mencintaimu dengan sepenuh hati. Akulah yang tahu bagaimana keseharianmu, semua curahan hatimu yang kau ceritakan padaku. Akulah yang membuat kau tersenyum kembali ketika kau bersedih. Aku lebih tahu kau daripada yang dipikirkan Michelle selama ini. Semuanya.
            Aku kembali ke laptopku dan aku hampir pingsan melihat yang tertulis disana. Lamaranku diterima. Aku senang sekali. Aku melompat-lompat kegirangan dan berteriak-teriak seperti orang sinting. Tanpa kusadari ternyata Ricky membuka tirainya diam-diam dan dia  tersenyum melihatku. Ah aku tak peduli, hahaha..

* * *

            Keesokan harinya aku duduk-duduk didepan rumahku sambil membaca novel Twilight yang sudah mengubah cara pandangku terhadap vampir. Aku sangat terobsesi dengan kisah cintanya. “Seandainya…”
            “Seandainya apa?”, Ricky mengagetkanku. Aku langsung salah tingkah, menutup novelku, dan tak berani menatap matanya. Sebenarnya matanya biasa saja. Berwarna coklat tua, seperti kebanyakan warna mata orang Indonesia pada umumnya. Angin berhembus menggeser beberapa helai rambutku sehingga tepat berada di pipiku. Perlahan tapi pasti Ricky mengembalikan rambutku tadi ke posisinya semula sambil membelai pipiku. Ya Tuhan, jantungku berdegup kencang tak menentu. Dia tersenyum padaku. Senyum yang mungkin dapat menyinari seluruh kota ini. Kubalas senyum sempurna itu dengan senyum kikuk yang aneh. Betapa malunya.
            Momen indah itu dihancurkan oleh kedatangan si iblis betina, Michelle. Ricky berlari menuju pacarnya itu. Mereka berpelukan di depan ku seolah mereka adalah pemain utama teater musikal dan aku si pecundang yang selalu mengemis cinta. Sungguh memuakkan. Michelle tersenyum sinis padaku dan mereka meninggalkan aku sendiri tanpa mengucapkan sepatah katapun.
            Oh ya, aku baru ingat. Hari ini klub  footbal sekolah akan bertanding dengan klub sekolah internasional dari Australia. Ini hanya pertandingan biasa. Sebagai tanda kelulusan bersama antar sekolah. Aku harus bergegas. Ricky akan ikut main disana.

            Aku dan teman-teman dari klub bahasa mendapat posisi kursi yang bagus. Kami dapat melihat semua dengan jelas. Ini berkat Norita dari kelas Spanyol. Tentu saja ia akan memesan tempat bagus agar ia dapat melihat pujaan hatinya, Juan. Pertandingan dibuka dengan aksi para gadis liar sebagai pemandu sorak. Kemudian para pemain memasuki lapangan. Setelah arahan dari wasit, pertandinganpun dimulai.
            Sejujurnya aku tidak terlalu mengerti olahraga ini. Mereka saling menabrak, menghadang dan melempar bola rugbynya. Pertandingan semakin memanas(menurutku) dan aksi para gadis liar itu semakin menjadi-jadi. Melompat, memamerkan gigi dan ketiak mereka sambil mengangguk-angguk tak jelas dan meneriaki para pemain dengan ejaan dari nama klubnya.
            Pertandingan selesai. Aku tak tahu berapa skor akhirnya. Aku hanya melihat-lihat Ricky sejak pertandingan dimulai tadi. Yang membuatku kecewa seperempat mati adalah dia langsung celingak-celinguk mencari Michelle. Anehnya aku juga ikut mencari-cari dimana batang hidungnya. Ternyata Michelle sedang melancarkan aksinya menggoda cowok dari klub asal Australia itu. Ricky menghampiri dan menarik tangan si wanita jalang. Aku tidak tahu pasti apa yang mereka bicarakan. Aku hanya melihat dari kursi penonton. Tapi kesimpulan yang pasti adalah Michelle mencampakkan pangeranku. Terlihat jelas dari wajah Ricky. Aku tak berani kesana. Jika aku mencampuri urusan mereka mulut si pirang itu akan berbusa menceramahi aku. Aku diam terpaku.

* * *

            Malam ini ada prom. Aku tak mau kesana. Bisa-bisa aku jadi bahan tertawaan mereka. Aku sama sekali tak pandai berdandan. Terakhir kali aku ke pesta aku seperti badut sirkus aneh. Itu semua akibat ulah kakak sepupuku, Alexis. Waktu itu dia baru saja lulus sekolah kecantikan dan dia membuatku sebagai bahan percobaan perdananya. Sangat memalukan. Tapi sekarang dia tidak disini. Dia sudah kembali ke Moscow dan melanjutkan kuliah disana. Lega rasanya mengingat dia sudah pergi. Jika dia disini mungkin dia akan memaksaku datang ke prom dan mendandaniku habis-habisan.
            Aku hanya mengurung diri di kamar. Ku pandang ke kamar Ricky. Dia sudah siap untuk pergi. Dia kelihatan tampan sekali menggunakan tuxedo hitam lengkap dengan dasi kupu-kupunya. Sangat tidak mungkin memang kalau aku menjadi pendamping hidupnya. Dia begitu sempurna di mataku. Sedangkan aku hanya gadis berkacamata minus besar dan aneh yang agak kuper. Aku hanya bergaul dengan teman-temanku dari klub bahasa. Tiba-tiba dia menulis dengan alat komunikasi khusus kami.

Pergi malam ini??

Tidak, aku belajar… L

Ku harap kau bisa datang..

            Aku membalasnya dengan gelengan. Kemudian dia pergi. Tiba-tiba adikku datang ke kamarku sambil membawa majalah CosmoGirl favoritnya dan di sampulnya tertulis ‘Honey McMenemee sang duta Stark Megastore terlibat jambak-jambakan bersama pesaingnya Gabriel Luna’. “Ada apa?”, tanyaku.
            “Kudengar sekolahmu mengadakan prom malam ini”, katanya sambil bersandar ke pintu kamarku, “Kau tidak pergi?”.
            “Tentu saja tidak. Kau seperti tidak tahu saja kakakmu ini. Aku bukan orang yang suka pesta. Pesta terakhir yang kuhadiri membuatku hampir mati. Banyak orang merokok disana dan aku lupa membawa obat asmaku”, ceritaku panjang lebar.
            “Oh iya. Aku ingat. Kau hampir masuk UGD karena kejadian itu”, katanya sambil tersenyum. Aku melototinya sesaat. “ Aku hanya memberi saran padamu kakakku sayang. Aku yakin kau dapat berubah. Sebenarnya kau tidak kalah cantik dari Michelle. Hanya satu perbedaan kalian. Dia sangat agresif, optimis, dan percaya diri. Sedangkan kau, pendiam, pemalu, dan pesimis. Kau ingat apa kata papa pada kita; Nosce te ipsum-kenalilah dirimu sendiri.  Hanya itu yang ingin kuberitahukan padamu tolong pikirkan”, dia mengakhiri ceramahnya dan akhirnya pergi ke kamarnya. Aku merasa dia sedang memberiku kelas motivasi untuk anak-anak cacat.
            Kututup pintu kamarku. Berjalan terhuyung-huyung ke tempat tidurku. Aku memikirkan tentang perkataan adikku tadi. Dia benar. Aku pasti bisa berubah menjadi lebih percaya diri. Kulihat jam, masih pukul 19.55. Kurasa mereka tidak keberatan jika aku terlambat sedikit.
            Aku membuka lemari pakaianku mencari-cari gaun yang dibelikan orangtuaku pada saat mereka pergi ke Italia. Aku bergegas mengganti pakaian dan mendandani diriku secantik mungkin.
            Selesai. Aku sudah cukup cantik untuk datang ke pesta itu (setidaknya lebih baik dari yang dilakukan Alexis). Semua sudah sempurna. Kulihat diriku di kaca. Masih ada yang kurang. Ada yang mengganggu penampilanku. Kacamataku. Kulepas kacamataku dan memakai lensa kontak yang biasa kupakai ketika jam olahraga.
            Aku keluar dari kamar dan sepertinya adikku tahu kalau aku akan berubah pikiran dan pergi ke pesta itu.
            “Berubah pikiran?”, katanya.
            “Yah seperti yang kau lihat sekarang di depanmu”, sahutku. “Masih ada yang kurang?”
            Ada, untung saja kau bertanya padaku. Lihat rambutmu. Aku tidak ingin kau memakai ikat rambutmu yang itu. Sepertinya akan lebih cantik jika digerai saja”. Dia melepas ikat rambutku. Dia pergi ke kamarku untuk mengambil sisir dan menyisir rambutku. “Ini baru kakakku”, katanya setelah selesai menyisir rambutku. “Pergilah, nanti kau terlambat”.
            “Terima kasih, Yuri”.
            “Eh tunggu sebentar, masih ada lagi”, tiba-tiba dia kembali ke kamarku dan keluar dengan membawa kertas gambarku yang bertulisan “I LOVE YOU”.
            “Untung saja kau ingatkan. Terimakasih sekali lagi”.
            “Hey jangan lupa untuk cepat pulang. Besok pagi-pagi sekali papa dan mama akan kembali dari Bordeaux”, teriaknya tapi aku sudah berlari keluar dari rumah.

            Sesampainya aku disana ternyata pesta baru saja dimulai. Aku harus percaya diri. Aku masuk ke aula sekolah. Oh Tuhan.. Semua orang melihatku. Tetap kupegang janjiku untuk menjadi percaya diri. Tak kuhiraukan mereka yang terus melihat kearahku. Aku berjalan menuju satu orang yang spesial dalam hidupku. Ricky melihatku dan berjalan ke arahku. Tiba-tiba Michelle menarik tangannya. Tapi Ricky menepisnya begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa. Akhirnya Michelle menyerah dan pergi. Ricky terus berjalan ke arahku. Setelah kami berjarak sekitar satu meter aku mengeluarkan kertas yang sudah kubawa sejak tadi dan membukanya. Tiba-tiba Ricky juga mengeluarkan kertas dan menunjukkannya padaku. “I LOVE YOU”…

29 komentar:

zukhrini khalish mengatakan...

cem kisah cinderela
"seandainya.."

suka nulis jg in??

Reza Indah Pribadi Simatupang mengatakan...

iya rin, suka kali pun tpi liat2 mood aku juga sih..
btw, makasi komennya..

Anisah Gayatri mengatakan...

nice story

zukhrini khalish mengatakan...

yoi in
masama
emang kalo hobi gitu mood2an
beda kalo itu tuntutan peran
hahaha

i wait your next story
:)

Reza Indah Pribadi Simatupang mengatakan...

Rini: Ok..
Anisa: makasi nis.. :D

Rina Nurul mengatakan...

bisalah ni jadi novelis ya :D

SRI SAPUTRI mengatakan...

wah mantab ya zha ..
bagus lo ceritanya ....
i like it.
tpi ko mirip'' cerita cinderella ya.
hahahaha lanjutkan zha bkat menulis mu.
tpi ntar klau da terknal jgn lupa ma qta'' ya.

Reza Indah Pribadi Simatupang mengatakan...

nurul: wah, makasi rul.. :')
putri: hahaha, ini cinderella versi indonesia. mkasi komen nya y put.. :D

10081 Eva Violesia Bangun mengatakan...

zaa,manteb ceritanya kok ga masuk sastra aja?hahaha
tapi kayak jadi cerpen luar loh za,namanya bulee semuaa hahaha

Tota Fierda Ria Angelina Simbolon mengatakan...

hoho,,,
iin pny bakat jd penulis ni,,,
keren cuy,,,,
^_^

10106 Febri Jayanti mengatakan...

nice iin :)

Unknown mengatakan...

ehem
ehem

happy ending:)

mkasih ya da buat kisah ku

so sweet,,

videla's mengatakan...

esegedeeemakcoyy....
ngere.ngeree...
assoy skayiii...hihiy
~,~
ternyata rejaah ada apa.apa ni ke yoceva,wahahahaha
bcnda*

Mira Avrillia mengatakan...

bagus in alur ceritannya.Tapi klo menurut mira pengenalan tokohnya kurang in.

JendelaLisa mengatakan...

i luph U 2
:P

bagus neng!!
tapi setuju tuh sm mira W hee hee

lanjutkan neng!!!
:)

101301045as mengatakan...

esseh...
calon-calon penulis neh...
two tumbs for you

Anonim mengatakan...

uu baguuus iin
lanjutkan nulisnyaaa :D

Caroline Utama mengatakan...

iin keren sekaliiii :D terinspirasi dari TS yaa
great ! XD

Anonim mengatakan...

Bagus..
Nice post!
Mari berkomentar,,

psipddk3sks mengatakan...

Reza...:)
selalu ada cara untuk mensyukuri talenta yang dianugrahkan yang maha kuasa buat kita umatnya...

dan teman-temanmu telah menjadi bagian dari saksinya....
pupuk terus talenta tersebut ya...

take care

Santri Permana Tarigan mengatakan...

cerita nya persis kayak video klip taylor swift (you belong with me) dech
tapi keren kog za
mungkin ini cerita lebih lengkap nya kali ya
:)

Reza Indah Pribadi Simatupang mengatakan...

teman2 smw makasih buat komentar nya ya..
olin n santri: iyaa crita ini trinspirasi dri video klip ny Taylor Swift yg You Belong With Me, krna aku mmng suka bgt ma lagu+video clip ny yg seru. kalo santri bilang ini cerita lngkapnya, bukan loh. aku mmg ngambil bnyak latar n alur dari video clip itu tapi dengan berbagai macam perombakan sana-sini. salut lah sama kalian ternyata fans Taylor Swift juga.

Reza Indah Pribadi Simatupang mengatakan...

bu Dina: terima kasih komennya bu. reza akan berusaha memaksimalkan dan mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan. :D

Junika mengatakan...

good story..
i like it..
:)

2 thumbs for u za..
hhe

Unknown mengatakan...

Esegedehhh
Mantrap ahh
Iin jg yg btolnya, Eh salah, maksud diba td 'Reza'
Keren Keren Keren

10059 Chairunnisa mengatakan...

eeeeess keren iiin :D
lanjutkan bakatmu menulis ya in :)

Fithra Runisya mengatakan...

good job:D

sRi RiZki AmanDa mengatakan...

rezaaa..
taylor swift bgt...
mantep2...
I like that..
:)

Sierra Louiza mengatakan...

Wow keren, aku bisa banyangin Taylor Swift disini :)

mampir ke blogku ya, aku tulis cerpen juga
http://sierraworldstory.blogspot.com/

Posting Komentar