I made this widget at MyFlashFetish.com.

Rabu, 28 Maret 2012

Pedagogi Praktis



Nama Anggota Kelompok

Paedagogi praktis itu adalah pengaplikasian ilmu pedagogi didalam kegiatan mengajar. Tidak semua guru bisa mengaplikasikan sistem pendidikan yang baik maka dibutuhkan ilmu pedagogi praktis untuk membantu/membimbing para pengajar dalam mengaplikasikan ilmu sistem pendiidikan yang baik.

Kalau mengingat masa sekolah ada berbagai macam kepribadian guru. Ada yang suka ngasih tugas , ada yang suka marah, ada yang tegas, ada yang humoris ada yang kejam, ada juga yang pemalas dll.Perbedaan cara mengajar mereka adalah seni mengajar mereka. Jika dilihat dari unsur pedagogisnya maka guru yang baik adalah yang memiliki 10 kualitas:
  • Percaya diri
  •  Sabar
  • Rasa Kasih sayang kepada siswanya
  • Pemahaman
  • Mampu menjelaskan topik dengan cara yang berbeda
  • Dedikasi untuk keunggulan siswanya
  • Teguh dalam memberi dukungan
  • Kesediaan untuk membantu siswa mencapai prestasi
  •  Bangga atas prestasi siswa
  • Bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugasnya

Jika dilihat dari sepuluh poin diatas berdasarkan pengamatan saya, saya rasa guru guru sekarang terbentur di poin no 5,10.

Poin 5 adalah mampu menjelaskan topik dengan cara yang berbeda, guru cenderung mengajarkan siswa-siswanya dengan cara yang seperti itu saja, jarang guru menggunakan teknologi dalam menjelaskan materinya kepada murid-muridnya. Namun ada juga yang mampu melaksanakan poin ke 5 ini. Seperti  guru fisika saya dulu, mungkin karena faktor usia beliau menjelaskan segala sesuatu persis seperti dibuku sampai contoh soal saja diambil dibuku. Padahal contoh soalnya mudah . Akibatnya pada saat ujian kami menjumpai soal yang sulit kami kesusahan. Selain itu guru hanya mengajar teoritisnya saja tidak praktisnya atau penyelesaian masalah secara logis.

Sedangkan poin kesepuluh adalah bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Ada beberapa guru saya dulu sangat malas mengerjakan tugas-tugasnya. Biasanya mereka akan memberikan tugas lalu hilang entah kemana ataupun memberikan bahan untuk dicatat dan menginstruksikan salah satu murid untuk mencatat dan guru tersebut pergi entah kemana. Kertas ujian pun gak jelas apa diperiksanya atau dibuangnya. 

refrensi:
Sudarwan Danim, (2010), Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi, Bandung : Alfabeta

Sabtu, 24 Maret 2012

Paedagogi Praktis Abad 21

Pedagogi progresif merupakan nama lain dari pedagogi abad 21. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong perubahan dalam pedagogi sehingga dikenal juga adanya pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Pedagogi sekarang ini juga menjadi dorongan bagi orang banyak khususnya yang bergerak di bidang pendidikan untuk membentuk suatu revolusi baru dalam belajar mengajar yang menjadi tunututan zaman. Pedagogi sebagai suatu ilmu tidak hanya menuntut pemahaman, namun juga dibutuhkan pengaplikasian yang nyata untuk ke depannya, hal inilah yang kemudian membentuk pedagogi praktis.
Pedagogi sendiri termasuk dalam kategori “pengetahuan pedagogis formal” dan “pengetahuan pedagogis vernacular” (McNamara, 1991). Pedagogi formal bermakna pedagogi teoritis atau ilmiah, sedangkan pedagogi vernacular merupakan kata lain dari pedagogi praktis. Pedagogi formal atau pedagogi ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan lebih umum dari pedagogi vernacular atau pedagogi praktis. Pedagogi formal atau teoritis didukung oleh pengalaman dasar yang kuat, istimewa, dan dibangun atas pondasi kajian empiric selama proses belajar mengajar (Moore, 2000). Menurut Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian pedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengatahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Umumnya bersifat nonlinear. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi pedagogi.
Tidak semua guru dapat mendapat pengalaman baru selama proses pengajaran, dengan beberapa alasan:
·         Informasi yang berlebihan
·         kurangnya waktu untuk berbagi pengetahuan
·         tidak menggunakan teknologi untuk berbagi pengetahuan secara efektif
·         kesulitan menangkap pengetahuan yang diperoleh
·         adanya pengekangan terhadap kreatifitas
satu kerangka kerja yang dimungkinkan oleh guru dapat mengembangkan pendekatan mereka sendiri untuk pedagogi, disarankan oleh Hallam dan Ireson (1999), yaitui:
ü  pertimbangkan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran
ü  pengetahuan tentang teori belajar
ü  pengatetahuan tentang konsep-konsep yang berbeda dari mengajar
ü  pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran dan interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran, dan berbagai jenis pembelajaran
ü  memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas
ü  pengetahuan dan keterampilan untuk megevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan
dalam laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan dengan judul Memahami Otak: Menuju Ilmu Baru Belajar diungkapkan mengenai perlunya perumusan kebijakan dan praktik pendidikan yang didukung oleh pengetahuan. Atas dasar laporan tersebut ada tiga aspek penting yang salin terkait untuk memahami dan akhirnya menyelesaikan masalah ini:
1.      Kodifikasi dan penyampaian pengatahuan pedagogis praktis guru. Menurut Shulman (1987) masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik.
2.      Membangun sistem pedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktru yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini. Pendidikan telah memasuki era baru relevansi ilmu pengetahuan untuk tindakan, namun pengalaman praktis dari pengajaran belum didukung oleh dasar teoritis pengetahuan ilmiah yang aman (Ball, 1991)
3.      Mengembangkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru pedagogi. Masih dirasakan kesulitan dalam membangun sebuah teori pedagogi. Perdebatan mengenai teori pedagogi terus berlanjut karena memang karya teoritis yang diperlukan untuk berubah tidak mudah mewujudkannya menjadi prestasi yang solid.
Namun perlu juga diketahui cukup banyak pihak yang menolak pentingnya pedagogi, mulai dari praktisi hingga ke pejabat penting. Padahal pedagogi diperlukan dalam rangka pembelajaran teoritis maupun praktis misalnya bagaimana pemilihan strategi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pengabaian pada pedagogi berakibat buruk pada anak-anak seperti putus sekolah dan perilaku menyimpang. Hal itu juga menyebabkan teknologi baru gagal untuk mewujudkan potensi mereka di banyak ruang kelas di seluruh negeri.

Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi., Bandung: Alfabeta.

Senin, 19 Maret 2012

Paedagogi dan Prinsip Paedagogis




Pedagogi dan pedagogis, dimana bedanya? Pedagogi lebih kepada kata benda yang berarti ilmu pendidikan atau pengajaran sedangakan pedagogis merujuk pada sifatnya, yaitu bersifat pedagogi. Namun ada juga beberapa tokoh yang berpendapat lain dengan perspektif mereka masing-masing. Misalnya,

·         Pedagogis sebagai suatu proses yang kontinum (Danilov 1978).
·         Pedagogis sebagai suatu tindakan yang dilakukan guru dan siswa yang kemudian interaksi keduanya didasari teori pedagogis tertentu yang berorientasi pada tujuan dan merupakan pengembangan dari interaksi keluarga dan masrakat (Albert Garcia, 2005).
·         Pedagogis sebagai proses dari 3 hal yaitu didik, ajar, dan belajar dengan tujuan mengembangkan kepribadian siswanya (Ana Maria Gonzales Soca).

Setelah mengetahui perbedaan keduanya, selanjutnya akan dibahas mengenai prinsip-prinsip proses pedagogis.

1.      Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses pedagogis, artinya bahwa proses pedagogis merupakan suatu proses yang terstruktur beradasarkan hal-hal baru yang telah teruji secara empiris namun tetap sesuai dengan ideology kita.
2.      Kombinasi karakter kolektif dan individual pendidikan dan penghormatan pada kepribadian masing-masing siswa, artinya proses pedagogis yang diterapkan pada karakter kolektif masih dapat melihat individu sebagai dirinya sendiri yang unik dan berbeda dari orang lain.
3.      Kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan proses, artinya pendidikan dan pengajaran harus saling terkait dan saling melengkapi.
4.      Kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam daerah yang kering, maksudnya adalah proses pedagogis juga melibatkan dunia dalam diri individu dan juga dunia sekitarnya.
5.      Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain, artinya adalah bahwa masing-masing elemen tersebut akan saling mendukung dan membentuk satu sama lain. 

   Sifat lain dari proses pedagogis yang perlu diingat adalah: terencana, sistematis, terarah, spesifik, dan mengembangkan. Dimana untuk mewujudkannya guru harus memiliki 3 syarat utama untuk menjadi pendidik yang baik; berpengetahuan luas, keterampilan yang baik, dan kepribadian yang menyenangkan.

Testimoni Kuliah Online Paedagogi

Kuliah online pedagogi hari ini sangat menarik. Ini kali pertama kelas diadakan lewat event di facebook. Biasanya kalau kuliah online lewat gtalk. Jadi pertama kali tahu akan dibuat seperti ini jadi penasaran. Pertama sekali pengampu mengadakan absen lewat comment pada awal perkuliahan. Kemudian, selagi menunggu teman-teman yang lain masuk, pengampu memberikan suatu situs pendidikan yaitu Edukasi.net untuk diberikan komentar lewat wall dan akhirnya dikomen oleh teman-teman lain. Mulai dari situlah keadaan menjadi ramai. Kami akhirnya mengeluarkan pendapat masing-masing dari apa yang telah kami perhatikan dari situs tersebut, mulai dari bahan ajar, tampilan, dan lain sebagainya. Bagi saya pribadi sesi ini yang paling penting dari perkuliahan. Masing-masing dari kami saling mengomentari pendapat yang telah diposting di wall. Ada yang banyak dapat tanggapan ada pula yang sedikit. Namun itu tidak masalah, karena yang paling penting bagaimana pemahaman kita sendiri pada pedagogi itu tersebut.
Di akhir perkuliahan diadakan absen ulang untuk cross check peserta yang ikut kuliah. Ini sangat bagus sekali untuk memastikan apakah peserta masih “melek” selama perkuliahan berlangsung. Namun mudah-mudahan teman-teman semua masih tetap stay terbukti dari proses pemberian pendapat yang aktif dan juga dari absensi akhir yang dilakukan pengampu.
Secara keseluruhan saya sangat menyukainya. Apalagi dengan kebanyakan dari kami yang suka malu-malu kalau mau memberikan pendapat di kelas. Sangat bertentangan dengan ketika anak-anak yang suka nyerocos begitu saja. Nggak ditanya pun ada saja jawabnya. Tapi sekarang sudah ditanya pun suka diam-diam sendiri atau ngomongnya sama-sama, yang ada malah jadi pasar yang super ribut. Walaupun ribut di fb, setidaknya nggak ada suara yang mengganggu tapi posting wall yang bertebaran saling susul menyusul, hehehehe.
Sekali-sekali dibuat kuliah online itu penting juga untuk mengurangi kebosanan di kelas. Apalagi buat teman-teman (dan juga saya) yang habis pedagogi masih ada kelas klinis rasanya 5 sks berturut di kelas itu kalau kata Syahrini: Sesuatu. Ini juga akan menghemat cost buat teman-teman yang nggak ambil klinis. Jadinya libur kan, nggak ada kelas, jadi nggak ke kampus, nggak keluar duit buat ongkos??? Hehehehe.
Sekian testimony untuk kuliah online pedagogi perdana di semester 4 ini. Semoga kuliah online tidak hanya dilakukan dalam mata kuliah pedagogi saja, amin J

Minggu, 18 Maret 2012

Paedagogi dan Paradigma Belajar

Sebelum jauh membahas hubungan paedagogi dengan paradigma belajar, perlu diketahui sebelumnya apa itu pengerian paradigma. Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik). Sehingga paradigma belajar merupakan suatu model atau pola dalam belajar.
Mengingat paedagogi merupakan seni untuk mengajar anak-anak, tentunya strategi yang digunakan juga akan berbeda. Harus ada pemisah yang jelas antara paradigma belajar antara anak-anak dengan orang dewasa. Perbedaan ini menimbang dari tiga sudut pandang yang jelas berbeda antara anak-anak dan dewasa. Tiga hal tersebut adalah afektif, kognitif, dan konatif. Banyak tokoh psikologi yang telah membuat banyak teori mengenai berbagai tahap perkembangan manusia dan apa saja yanga akan dilalui dalam tahap tersebut. Hal inilah yang mejadi dasar untuk membedakan paradigma belajar dalam paedagogi.
Guru sangat ditekankan untuk dapat melihat bagaimana siswa belajar, secepat apa mereka mampu menangkap tiap materi yang disajikan setiap pertemuan, dan apa saja kendala yang dihadapi selama proses belajar. Ketidakjelian guru hanya akan membuat siswanya kurang memunculkan potensi diri dan akan menurunkan semangat belajar siswanya.
Cara mengajar yang dulunya teacher-centered juga mulai bergerak ke arah student-centered. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Namun sebagai fasilitator. Harus tetap diingat bahwa ini tidak mutlak dilakukan mengigat keterbatasan anak-anak dalam me-manage diri sendiri. Jadi peran guru masih tetapi diperluka sebagai untuk menuntun mereka untuk dapat melakukan pembelajaan sendiri dengan segala kemampuan yang mereka miliki tanpa menyimpang dari jalurnya.   
Tidak hanya perpindahan itu yang terjadi. Perpindahan dari one-way learning ke arah interactive learning juga mesti diterapkan. Guru tidak melulu berceramah di depan kelas. Adakan suatu komunikasi dua arah antara kedua belah pihak. Agar ada feed back dari siswa, untuk mengetahuin sejauh mana perkembangannya.
Dari isolated ke networked environment. Zaman sudah berubah. Pengetahuan dapat kita dapatkan dari mana saja. Bukan hanya dari buku pegangan yang dianjurkan guru. Jangan biarkan anak belajar bagai katak dalam tempurung. Dunia ini luas, masih banyak yang dapat dipelajari apalagi dengan keingintahuan anak yang luar biasa yang terkadang simpel namun memang patut untuk digali lebih lanjut.
Kemudian perpindahan personal ke arah grup. Anak-anak yang ceria dan syka bermain tentunya akan sangat senang apabila belajarnya tidak monotn. Dia tidak hanya belajar sendiri. Ada banyak teman-teman yang bisa diajak belajar ya g dapat meningkatkan semangat belajar mereka.
Perlu diketahui juga bahwa peran dari orangtua tidak lepas dari sini. Sepulang sekolah, peran guru selesai dan sesmpainya di rumah peran pendidik dilanjut oleh orangtua. Lingkungan rumah yang baik dan keluarga yang baik dan hangat juga dapat meningkatkan semangat belajar anak. Komunikasi antar anak-orangtua sangat diperlukan untuk membentuk karakter anak dalam belajar.  

Minggu, 11 Maret 2012

Kelas Paedagogi Pertemuan II dengan Seni Mengajar Paedagogi

Kelas pada pertemuan kedua merupakan salah satu pengaplikasian seni mengajar yang dilaukan oleh dosen pengampu. Model belajar e-learning yang diberikan termasuk cara yang berbeda dari biasanya. Biasanya beberapa dosen akan berceramah ataupun memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk presentasi dalam kelompok untuk menyampaikan materi. Berbagai teknologi internet digunakan untuk memberikan warna baru dalam pengajaran.
Inti dari mengajar sendiri adalah mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi tertentu dengan media tertentu. Guru untuk siswa harus bisa memfasilitasi peluang belajar, menata lingkungan edukatif, memotivasi belajar, menangkap pikiran dan hati, dan membangun keaktifan belajar. Dalam kuliah sendiri, pengampu telah mampu memfasilitasi peluang belajar dengan e-learning tersebut. Karena laptop merupakan alat elektronik yang sudah pasti dimuliki seorang mahasiswa sehingga tetap ada peluang untuk melakukan proses belajar mengajar model e-learning. Pengampu juga menangkap pikiran dah hati dengan memberikan kesempatan untuk berpendapat selama kelas berlangsung. Dosen juga masih memberikan motivasi  dan membangun keaktifan belajar dengan menodorong melakuka trial and error, tidak melulu memberikan berbagai pengarahan-pengarahan karena sempat terjadinya suatu hambatan mengenai chat room untuk diskusi yang akhirnya juga dapat diselesaikan dengan baik karena usaha dari semuanya.
Efektifitas mengajarnya tergantung pada kreativitas, penilaian yang baik, dan wawasan tingkat tinggi. Kelas pertemuan kedua telah efektif karena kreatifitas yang dilakukan oleh pengampu dengan menggunakan teknlogi sekarang ini untuk mengajar. Hal tersebut juga tentunya mencerminkan adanya wawasan tingkat tinggi yang dimiliki oleh pengampu yang kemudian ia ajarkan pada mahasiswanya.
E–learning yang diberikan pengampu merupakan wujud dari improvisasi mengajar yang biasa berlaku di dalam kuliah sehari-hari dan juga ekspresi dari dosen pengampu karena mengajar melibatkan intuisi, improvisasi, dan ekspresi.
Mengajar sebagai seni adalah pengajar mengombinasikan dimensi ilmu dan seni atau sebaliknya di ruang kelas. Situasinya adalah kelas paedagogi dan media belajarnya adalah internet dengan laptop. Disini dosen juga menerapkan prinsip paedagogi dimana mahasiswa masih diarahkan untuk menggunaannya satu per satu secara perlahan dan masih adanya dominasi dosen di kelas.